Jumat, 12 April 2013

I Hurt Today



Hari ini saya terluka.
karena seseorang yang bahkan tidak melihat saya. saya sudah merasakannya berulang jadi,  sudah biasa. yang pertama memang menyakitkan tapi yang kedua ? harus berlanjut. hidup memang harus berjalan, seperti roda, berputar pada porosnya. Tapi ada saat Roda itu rusak dan membutuhkan pelumas kan? saya tidak pernah memperjuangkan sesuatu. Dia mengatakan tidak, maka saya melepasnya. cinta. kalian tahu kenapa ? Takut . Saya takut untuk menahannya. Bila saya menggenggamnya terlalu keras dia akan merasa tidak nyaman. lalu saya mencoba dengan genggaman ringan. Dia... pergi . saya tidak tahu harus bagaimana. Tapi, saya membiarkan kejadian ini berulang jadi, ketika saya mendapatkan hal yang lebih buruk lagi, saya sudah terlatih. sakit . kata orang "mencegah lebih baik dari pada mengobati". lalu saya ? mencegah pun tidak bisa. mengobati lebih baik, luka kubiarkan mengering seiring berjalannya waktu walaupun ada bekas. dan saya tidak ingin menghapusnya. agar saya ingat, saya tidak pantas untuk itu .
Hari ini saya juga mendapat kunci kecil.
bahwa Kebahagiaan itu begitu sederhana. Begitu mudah didapat. Terlahir saat aku sekedar melihatnya, untuk kali pertama, kedua, dan seterusnya... tak ada habisnya ...

Mengidentifikasi unsur intrinsik pada cerpen


Cerpen
Penulis : Andi Nurul Annisa
Cincin Ibu
Menyaksikan guyuran hujan dari bawah lindungan atap.  Yah, aku baru saja pulang dari les, terhenti dengan hujan lebat yang membuatku mau tidak mau harus berteduh dalam waktu yang tidak tentu. Menahan rasa dingin yang menyeruak masuk  kedalam tulang ditambah perut yang terus meronta minta diisi.  Aku merasa tak berdaya dengan rasa lelah yang menerpaku. Aku hanya bisa memandang entah apa.  Jauh diatas sana, langit malam yang bertambah kelabu, pertanda hujan akan cukup betah menyiksaku  dengan ruang hampanya memaksa agar aku menunggu . Menyebalkan .
Aku berdiri dipinggir jalan, melambai saat ada angkutan umum yang lewat. Sesekali aku hanya berdiri membiarkan sopir angkutan umum itu bertanya “Mau kemana mbak?” pertanyaan sama yang selalu sopir angkutan umum tanya pada calon penumpangnya. Cukup sulit menemukan angkutan umum yang searah dengan jalan rumahku pada malam hari. Sesekali aku membetulkan letak jaket yang kupakai tanpa sengaja menjatuhkan sisa sisa tetesan gerimis hujan yang melekat di jaket ku. Aku menggerutu pelan mengingat percakapanku  dan ayah di telepon “Ayah ada urusan mendadak, kamu pulang naik angkutan umum saja ya ?!” terkadang aku berfikir bahwa ayahku begitu kejam, padahal ia sudah janji akan menjemputku, Tega sekali dia membiarkan anak kesayangannya ini pulang malam dengan angkutan umum ditambah lagi hujan deras yang dinginnya menusuk kulitNgomong-ngomong sudah berapa lama aku berdiri disini ?
Aku melepaskan sepatu yang kupakai, menentengnya masuk kerumah sambil mengucapkan salam . saat masuk, kulihat ibu sedang mengerjakan sesuatu sambil bergumam membaca apa yang ia kerjakan, laporan kantor mungkin ? . ibu sepertinya tidak mendengar salamku jadi, aku duduk disampingnya, mengejutkannya dalam beberapa saat
 “Pulang naik apa ?” tanya ibu sambil meliriku sebentar lalu menfokuskan mata pada pekerjaannya kembali
“Angkot”jawab ku malas
“Ayah tidak jemput ?” tanya ibu kaget sambil berbalik menatapku. Biasanya jika aku tidak dijemput Ayah maka tante yang akan menjemputku. Tapi, karena pulsa habis aku tidak bisa meneleponnya. Jadi, cukup mengherankan jika sekarang aku pulang naik angkot sendirian, malam dan hujan deras.
“Ayah tidak bilang ?” tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaan dari ibu
Ibu menghela nafas kemudian berkata,“ya sudah ganti baju, makan, sholat lalu pergi tidur, besok kamu sekolah” tandas ibu. Aku  bangkit berdiri, hampir terjatuh jika  tidak memegang lengan kursi. Yang aku mau sekarang hanya tidur jadi, cepat selesaikan semua lalu tidur dalam balutan selimut tebal yang nyaman.
Aku baru saja selesai makan, ketika …
“Nak, sini dulu,” teriak ibu dari dalam kamarnya. “Iya,” jawabku sedikit berteriak sambil berjalan menuju ibu. “Ada apa?” tanya ku malas, menahan rasa ngantuk yang menerpa. “Ini.” ibu menarik lenganku dan mendudukkan ku dikasur, aku melihat banyak perhiasan berserakan disitu. Sepertinya ibu sedang bersih-bersih.
“Sudah tidak muat untuk ibu, mungkin ditanganmu muat.” Ibu menyematkan cincin emas dijari manisku. Cincin yang sederhana. Dilengkapi dengan aksen permata kecil berwarna tourtouse. “cocok?” tanya ibu penuh minat
“Hmm..” aku hanya bergumam sambil menganggukkan kepala. “Pakai saja dulu tapi ibu hanya pinjamkan, jaga baik –baik,” ucap ibu sambil menempatkan kembali laci – laci yang berserakan pada tempatnya. “Pergilah tidur.” Akhirnya kesabaranku berujung pada kebahagiaan.
2 minggu kemudian …
Aku sesekali tertawa melihat jawaban yang dibalas teman mayaku lewat social media. Dengan semangat aku membalas pesannya. Dengan lincah, ku gerakkan jari-jari tangan ku di keybord. Tersadar bahwa ada sesuatu yang mengganggu dijari tanganku, cincin pemberian ibu beberapa minggu yang lalu. Aku lalu melepas dan meletakkannya disamping  komputer kemudian melanjutkan aktifitasku kembali.
Sesekali aku terus tersenyum diselingi gelak tawa saat menatap monitor komputer dan tanpa sadar menyenggol cincin yang ada di meja hingga terjatuh dan memantul hingga ke ujung pintu. Saat itu aku mengalami pergolakan sendiri dalam diriku. Apa sebaiknya aku mengambil cincin itu ? tapi ini saat yang sangat seru. Baru kali ini aku mendapatkan teman maya yang sangat menyenangkan. Tapi jika aku mengambil cincin itu sekarang, teman maya ku bisa bisa menghentikan obrolan karena aku membalas  dengan sangat lama.  Yang mana yang tepat ? Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan obrolanku di social media. Tampaknya cincin itu masih bisa menunggu. Sedangkan mendapatkan teman yang menyenangkan di dunia maya ? jarang-jarang aku menemukannya.
Aku masih tetap asik memainkan jari jariku di papan keybord tanpa sadar hari telah menjelang maghrib. Tanda sudah saatnya aku berhenti dengan kesenangannku.
Beberapa hari kemudian…
Baru saja aku selesai sholat , telpon rumah berdering. Aku segera berlari mengangkatnya.
“Halo, dengan siapa?”tanya ku sesopan mungkin. “Ini ibu, nak. Sekarang ibu lagi di jalan, mau dibelikan apa ?” Aku mengerutkan kedua alisku, lalu menjawabnya dengan singkat, “terserah saja.”
“Baiklah. Oh iya, ibu pernah kasih cincin kan ?” tanya ibu
“Iya.” Aku dengan refleks melihat kejari tanganku. Namun tak ada satu aksesoris-pun yang tersemat disana. Teringat kejadian beberapa hari yang lalu saat cincin ibu jatuh
“ada dikamar,aku lepas” jawabku. Aku memang melepasnya dikamar kan ?
“yasudah, ibu sudah mau pulang, jaga baik-baik cincin itu!” pesan ibu sebelum menutup telpon.
Dengan langkah pasti aku berjalan kekamar berniat mengambil cincin ibu. Merasa yakin bahwa cincin itu jatuh tidak jauh dibalik pintu jadi aku merasa tenang tenang saja.  Setelah lewat 15 menit aku mencari. Cincin itu tidak kutemukan. Aku mulai merasa panik. Aku mulai mencari sekitar dalam rumah. Kali saja cincin itu terhempas keluar tanpa aku sadari saat membuka dan menutup pintu. Setelah lebih dari 30 menit mencari, cincin itu tetap tidak kutemukan. Keringat dingin mulai kualami. Tanganku gemetar membayangkan kemarahan ibu saat mengetahui cincinnya hilang. Aku medengar pintu rumah terbuka. Itu pasti ibu ,tebakku.  benar saja itu ibu.
Kulihat ia sedang menenteng kantong plastik berukuran sedang masuk kedalam rumah. Aku bersikap seolah semuanya baik baik saja. Makan malam pun berjalan seperti biasa. Saat kulihat ibu sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah, aku memberanikan diri untuk mengatakan bahwa cincinya hilang.  Ibu sangat terkejut dan marah. Ibu segera mencari di sudut – sudut kamarku. Namun hasilnya nihil. Aku hanya pasrah menerima hukuman apa yang akan kuterima.
Sudah satu minggu aku tidak diberika uang jajan ke sekolah. Ibu juga melarang Ayah memberikan uang jajan kepadaku yang langsung disetujui ayah dengan penuh suka cita. Setidaknya pengeluarannya berkurang, pikirnya kuduga.
Saat baru pulang sekolah. Aku segera berlari menuju kulkas dan menyambar gelas terdekat yang ada disekitarku. Meminumnya dalam beberapa tegukan, aku benar benar haus mengingat matahari sedang bersinar menampakkan kuasanya dan ditambah lagi aku tidak diberi uang jajan ke sekolah karena masih dalam proses hukuman. Aku mengganti baju, makan lalu tidur siang.
Aku terbangun saat kurasa seseorang sedang memukul pelan pipiku. Tenyata ibu. Untuk apa ibu kekamarku ? mencari cincin ? “kenapa ?”jawab ku dengan suara serak
“ibu tadi menyapu dan mendapatkan cincin ini disamping pot bunga!” tandas ibu dengan wajah berseri seri
Akhirnya hukuman selesai dan cincin ibu ditemukan

END

Mengidentifikasi unsur intrinsik pada cerpen
Tema : Kebimbangan seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengakibatkan kehilangan.
Latar
-         Tempat :
o   Pinggir jalan : “Aku berdiri dipinggir jalan..”
o   Rumah     : “Aku melepaskan sepatu yang kupakai, menentengnya masuk
kerumah sambil mengucapkan salam “
o   Kamar       : “Ibu sangat terkejut dan marah. Ibu segera mencari di sudut – sudut
                   Kamarku
-         Suasana :  Sepi, mencekam
-         Waktu :
o   Malam    : “Jauh diatas sana, langit malam yang bertambah kelabu
o   Maghrib : “...tanpa sadar hari telah menjelang maghrib
o   Siang       : “aku benar benar haus mengingat matahari sedang bersinar
                   menampakkan kuasanya .... “
-         Penokohan
ü  Protagonis
·         Aku  : suka menunda pekerjaan, Tabah
·         Ibu   : Tegas, Baik hati, peduli
·         Ayah : Tidak menepati janji

-         Amanat : jangan suka menunda nunda waktu

Nilai Positif
ü  Berani bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat
Nilai Negatif :
ü  Suka menunda nunda waktu

Alur : Maju
Tahap alur :
ü  Pengenalan : paragraf 1
ü  Penampilan masalah : paragraf 9
ü  Puncak masalah : paragraf 13
ü  Peleraian:  paragraf 15
ü  Penyelesaian : Paragraf 18

Senin, 24 Desember 2012

"Who took my baseball cards?"



    Hello! I’m rick. I like to play soccer, and I like to play basketball. But my favorite sport is baseball. I love to play baseball! I’m the fastest runner on my team. Baseball is never boring to me. But it is really exciting when you win. Last year, my team won a trophy!
     When I’m not playing baseball, I like to collect baseball cards. It’s a fun and easy hobby. And it is interesting, too. Now I know everything about the players on all the different teams. I think I have the biggest collection in my town. That is because I spend all my money on baseball cards!
     One day I was putting my newest baseball card in my book. I saw that some of my old cards weren’t there. How strange! What happened? I looked every day for my baseball cards, but I didn’t find them. Was this some joke? I did not think it was funny. I felt awful.
     Then, last night, I saw my dog socks in the yard. I ran out to look. “what’s wrong, socks?” I asked. Then I saw them. My baseball cards were behind the big rock! Socks took them! I was happy to see my wonderful cards, so I didn’t get mad at socks. I think he likes collecting baseball cards, too!

"The two brothers"



     In a town in the mountains there is a little family. The father is a doctor. The mother is a doctor. The two brother in the family say,”we don’t want to be doctor.” “ what do you want to be?” asks the father. The brothers say, “we always go for walks in the mountains. How about shepherds?”.
     The next day the two brothers go up the mountain. They find a  shepherd with his sheep and he teaches them. “we can be shepherds!” they say. After they lunch, they go to sleep under a tree.
     A horn pokes big brother in the arm. He jumps up says to little brothers,”gets up! Let’s get out of here!” they do not look behind and see the sheep with horns. They start to run down the mountain. Horns poke into them from behind. They cry, ”help!” they get to a river and swim.
     When they get home their mother asks, “do you like being shepherds?” big brother says, “NO! we can fight fires,fix teeth, help sick people, and teach sporth.” “but we never want to be shepherds,” says little brother.

"The rabbit and the turtle"



     That rabbit! What a character! He was pround of his long ears He was pround of his long feet. And he was very pround of how fast he ran. “no one can catch me,” rabbit said. “I’m wonderful. Wonderful!”. “awful!” said spider. “but what can we do?” “I know what to do,” said turtle.
     “would you like to have a race?” turtle asked rabbit. “let’s race to big rock.” “do I want to race? With you?” rabbit laughed. “you are a dull, dull turtle. A SLOW turtle.” Turtle smiled. “I can win,” he said. Rabbit stopped laughing. “let’s go!” he said. They rain
     The rabbit was fast. He left turtle behind in no time. Then he saw a restaurant. “I’m hungry,” he thought. “and that turtle is slow. I’ve got time for dinner.” Rabbit ate a delicious meal of fruit, cheese and cake. turtle went past the restaurant. He didn’t stop. But rabbit caught up with him later and left him behind again.
     Rabbit felt a little tired then. He found a log. He decided to crawl in. he slept. Turtle  did not stop. He went past the log. He was slow, but he ran and he ran. Suddenly rabbit opened his eyes. He jumped up. He ran faster than before. But he was too late. That turtle was slow. But he did not stop. He did not give up. And he won!

"The king’s new clothes"



     Once there was a king who loved new clothes. One day, two men came to the castle and told the king, “for two bags of gold, we are going to make you some beautiful, magic clothes. Only you are going to be able to see them.” The king was very excited. The men said, “your clothes are going to be finished in two weeks, on july 14.” The king went to his calendar and marked july fourteenth to be’ a holiday. “everyone is going to celebrate my new clothes with me,” he said.
     On july sixth, the king went to see the two men. They worked fast and hard, but the king didn’t see any clothes. The men said, “remember, these are magic clothes.”
     On july fourteenth, the king’s magic clothes were ready. After the two men helped the king get dressed, the king rode into town. He wanted everyone to see his magic clothes. The people were surprised. There were no clothes to see! A small boy said, “the king isn’t wearing any clothes!” the king looked at himself and quickly rode back to his castle. He looked for the two men, but they and the gold were gone. “I was very foolish,” said the king.

"The ant and the grasshopper "


The ant and the grasshopper 
     Ant lives next to grasshopper. Ant says,”I like to work and go to school every day,” every day ant gets up at 7:15. She finds food before school. She reads and write. After school she plays soccer. Ant works and works. Grasshopper doesn’t like to work.
     One day grasshopper gets up at 10:00. She says,”I like to hop and sing every day.” She gets dressed and eats breakfast. After breakfast she hops and sing and watches TV. At 11:45 she goes back to sleep.   
     Ant walks home at lunch. She sees grasshopper and says, “hello!”. Grasshopper opens one eye and asks, “what time is it?”. Ant says,”it’s 12:45.” Grasshopper sits up and smiles. “is it time for lunch?’ she asks. “yes,” says ant,” but you don’t have any food.”
     Grasshopper looks at ant’s food. “can I eat some of your food?” she asks  Ant says,”I work every day. You hop and sing and play.” Grasshopper says,” after lunch, I can work.” Ant gives gasshopper some food. After lunch grasshopper hops and sings and works!